Takdir (2/3): Takdir Manusia

Sebagaimana benda pada umumnya, manusia juga telah ditetapkan takdir (spesifikasi) nya.

(sambungan dari artikel sebelumnya)

Manusia telah ditentukan memiliki unsur fisik (hardware) dan ruh (software). Untuk takdir yang bersifat fisik, kita mudah memahaminya. Misalnya, Allah telah merancang manusia dengan 2 tangan, 2 kaki, 1 hidung, simetris, punya rambut, dll.

Tapi untuk unsur ruh, kita sering sulit memahaminya. Menurut saya, ruh manusia bisa dianalogikan dengan software dari suatu komputer atau robot. Orang tidak bisa melihat bagaimana program itu bekerja. Tidak ada orang yang bisa memahami secara pasti bagaimana komputer / robot itu bekerja kecuali si pembuat program. Jika seseorang pernah belajar dari si pembuat program, maka ia mungkin bisa lebih memahami cara kerjanya.

Manusia bukanlah sekedar obyek individual, ia juga bersifat sosial. Jadi software yang ter-instal dalam obyek manusia itu juga sangat kompleks algoritmanya. Mengambil analogi dalam pemrograman komputer, hanya Allah yang tahu berapa banyak peubah (variabel) yang terlibat, kondisi percabangan (if-then), dan bagaimana aliran proses tiap percabangan.

Takdir Inisial

Adalah kondisi awal yang telah Allah tetapkan saat manusia lahir yang kita tidak bisa memilih:

1. Lahir kapan, dari rahim siapa, di wilayah/negara mana
2. Sebagai laki-laki atau perempuan
3. Bentuk tubuh, bentuk wajah, badan sempurna atau cacat

Selain 3 hal diatas, manusia boleh memilih jalan hidupnya sesuai dengan takdir-takdir, ketentuan, dan hukum sebab-akibat dari Allah yang berlaku di alam semesta.


Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa itu,
dan sungguh merugi orang yang mengotorinya. (91:8-10)

Takdir Dinamis

Potensi untuk memilih yang Allah berikan inilah yang saya sebut dengan takdir dinamis. Jalan hidup manusia akan bergantung dari setiap pilihan yang diambil dalam kehidupannya.



Bisakah Kita Mengubah Takdir?

Menurut saya, ini bukan pertanyaan yang tepat tentang takdir manusia. Karena seperti yang telah dijelaskan diatas: takdir adalah ketentuan yang telah tetap. Menurut saya, yang harus kita ketahui adalah bagaimana takdir Allah itu bekerja sehingga kita bisa mengubah keadaan dari suatu kondisi X akibat mengikuti takdir A menuju kondisi lain Y akibat mengikuti takdir B.

Dalam suatu peristiwa, ketika Umar ra menghindari suatu daerah karena sedang ada wabah penyakit, lalu ditegur oleh seseorang: “Mengapa engkau mengungsi? Bukankah jika takdirmu tidak akan terkena penyakit, maka engkau tidak akan terkena penyakit? Lalu Umar ra menjawab: “Aku berpindah dari takdir yang satu (diam saja) kepada takdir yang lain (mengungsi untuk menghindari wabah penyakit)”.

Jodoh, Rejeki, dan Ajal

Menurut saya, jodoh, rejeki, dan ajal bukanlah takdir (baca: spefikasi) statis yang telah Allah tetapkan. Menurut saya, mereka adalah takdir dinamis yang mengikuti takdir (baca: hukum) sebab akibat.

Misalnya: jika saya bergaul di lingkungan A, maka kemungkinan akan memiliki jodoh si X yang juga bergaul di lingkungan yang sama. Jika saya mencoba berjualan barang B, mungkin saya bisa mendapat rejeki lebih besar dibandingan berjualan barang C yang kurang disukai banyak orang. Jika saya bekerja sebagai buruh di pabrik kimia, kemungkinan saya mati karena kanker lebih besar ketimbang mati saat naik pesawat terbang. Hal ini akan diterangkan lebih lanjut pada ilustrasi "jalur hidup" yang akan saya uraikan dibawah.



Jadi, jika saya memilih satu dari beberapa pilihan (sebab), maka hasil (akibat) nya akan berbeda jika saya memilih opsi yang lain. Nah, karena hukum sebab akibat juga merupakan rancangan Allah, maka Allah menyatakan bahwa jodoh, rejeki, dan ajal adalah ketetapan (takdir) dari Allah.

Istilah "dinamis" saya gunakan hanya untuk memudahkan pemahaman kita sebagai manusia (yang sangat terikat oleh waktu). Bagi Allah tidak ada perbedaan antara statis maupun dinamis karena Allah tidak terbelenggu oleh waktu.

Jalur Hidup

Saya memahami jalan hidup manusia penuh dengan percabangan. Setiap saat kita memilih jalan hidup mana yang akan ditempuh. Allah-lah yang memprogram segala if-then percabangan kompleks dari tiap-tiap manusia yang diciptakan-Nya.

Karena manusia adalah makhluk sosial, maka tiap individu akan berinteraksi dengan individu-individu lain. Karena itu jalur-jalur percabangan jalan hidup seseorang itu menjadi sangat rumit saat bersinggungan dengan percabangan jalur hidup milik orang lain. Jalur-jalur inilah yang menurut saya bisa menjelaskan tentang jodoh, rejeki, dan kematian.


Sabda Rasulullah SAW: “Ketahuilah, seandainya (seluruh) umat manusia bersatu
untuk memberikan suatu manfaat (kebaikan) bagimu,
maka mereka tidak mampu memberikan manfaat bagimu
kecuali dengan suatu (kebaikan) yang telah Allah tetapkan bagimu.
Dan seandainya mereka bersatu untuk mencelakakan kamu
dengan suatu (keburukan) maka mereka tidak mampu mencelakakanmu
kecuali dengan suatu (keburukan) yang telah Allah tetapkan akan menimpamu.
Pena (untuk menuliskan segala ketentuan takdir Allah) telah diangkat
dan lembaran-lembaran (tempat menuliskannya) telah kering”[HR Tirmidzi].

Berdasarkan hadits diatas, saya menyimpulkan bahwa jalur-jalur percabangan hidup manusia itulah yang telah di-"tulis"-kan oleh Allah dengan "pena" nya dan telah kering (telah ditetapkan).

Allah Mengetahui Masa Lalu dan Masa Depan

Jika dinalar dengan logika manusia, Allah bisa mengetahui masa lalu karena punya database rekaman setiap detil kehidupan manusia. Allah juga bisa mengetahui masa depan karena Allah bisa memonitor setiap peubah yang mempengaruhi hidup manusia. Karena Allah yang membuat program, maka ia bisa memprediksi tingkah laku manusia.

Lebih dari itu, Allah tidak terikat oleh dimensi waktu (ini yang sulit dinalar oleh logika manusia). Jadi bagi Allah, tidak ada perbedaan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.


“Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi
dan (tidak pula)pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis
dalam kitab (al-Lauhul mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS 57:22).

(bersambung ke bagian-3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar