Dongeng Negara

Kenapa ada negara? Kenapa ada pemerintah yang suka ngatur? Bukankah lebih enak hidup sendiri-sendiri? Bebas tidak ada yang mengatur. Tidak ada pajak, tidak ada pemilu, tidak ada korupsi. Kenapa tidak kita bubarkan saja negara?

Tenang dulu ... sebelum membubarkan negara, ada baiknya kita mendengar dulu kisah bagaimana negara-negara yang ada sekarang ini terbentuk. Barangkali adanya negara memang diperlukan oleh manusia.

Pada mulanya ...

Jaman dahulu kala, di suatu wilayah di bumi, tinggallah satu dan satu-satunya keluarga. Mereka hidup damai dan tenang karena tidak ada orang lain selain keluarga itu. Seluruh wilayah itu, gunung, lembah, hutan, sungai, dan lautan adalah milik mereka. Mereka hidup berkecukupan. Ikan tinggal ditangkap dari sungai, hewan bisa diburu di hutan, buah-buahan tinggal petik. Hidup hanya untuk beribadah dan mencari makan. Jika ada perselisihan diantara anak-anaknya, kepala keluarganya lah yang memimpin musyawarah.

Era Suku

Ratusan tahun kemudian, Wilayah itu sudah dihuni puluhan keluarga yang merupakan generasi kesekian dari keluarga yang pertama tadi. Hidup tidak lagi sederhana sebagaimana yang dijalani generasi pertama.

Ada keluarga yang lebih dominan/kuat/berpengaruh dari yang lain. Ada yang lebih makmur dari yang lain. Muncullah strata-strata sosial.

Mereka mulai hidup berkelompok-kelompok. Ada kelompok kaya, ada kelompok ulama, ada kelompok lemah, ada kelompok pedagang, ada kelompok petani, ada kelompok jahat, ada kelompok baik. Mulai muncul masalah dan konflik diantara mereka. Konflik bisa pecah menjadi perkelahian antar individu atau antar keluarga.

Pada masa itu, ikatan yang paling kuat adalah yang berbasis pada keturunan, disebut suku. Maka model kelompok yang berperan pada masa itu adalah suku-suku.

Setiap suku punya pemimpin, kita sebut saja kepala suku. Untuk mengatasi masalah atau konflik, kepala-kepala suku membentuk forum untuk membahas masalah yang muncul dan berusaha mencari penyelesaian yang adil. Selanjutnya kesepakatan yang dicapai dilaksanakan oleh semua suku Inilah cikal bakal dari bentuk pemerintahan di masyarakat manusia.

Era kerajaan

Ribuan tahun kemudian jumlah manusia semakin banyak, Suku-suku semakin banyak dan besar, kelompok-kelompok semakin beragam. Masalah yang muncul semakin banyak jenisnya dan rumit. Konflik yang terjadi semakin kompleks dan melibatkan manusia yang sangat banyak. Konflik personal bisa membesar dan pecah menjadi perang antar suku, antar kelompok. Senjata mulai banyak jenisnya.

Kelompok yang kuat akan mendominasi yang lemah. Pemimpinnya kita sebut saja raja, wilayahnya disebut kerajaan. Tugas raja adalah melindungi rakyat dan menyelesaikan masalah rakyat yang ada di wilayah kerajaannya. Raja membentuk pasukan dan pegawai untuk melindungi dan mengurus rakyatnya. Pasukan kerajaan melindungi rakyat dari serangan kerajaan lain yang jahat. Pegawai negara mengurus kebutuhan rakyatnya: membangun tempat ibadah, membangun irigasi, membangun jalan, menyediakan lahan pertanian. Karena pembangunan butuh dana, maka raja mulai menarik pajak.

Entah bagaimana (mungkin karena sifat tamak manusia), lambat laun kekuasaan menjadi absolut (titah raja adalah kebenaran). Kekuasaan diturunkan berdasarkan dinasti (keturunan). Jika raja berikutnya baik maka rakyatnya sejahtera, tapi jika rajanya jahat, maka rakyatnya sengsara. Kekuasaan hanya dimiliki oleh beberapa keluarga di sekitar raja saja. Rakyat tidak punya akses politik.

Sistem ini berlangsung terus selama beberapa ribu tahun.

Ide Baru

Ribuan tahun kemudian manusia semakin banyak, kehidupan dunia semakin kompleks, kekuasaan raja cenderung semakin absolut (tidak bisa dikritik) dan korup (menjadikan rakyat sebagai sapi perahan untuk melayani raja dan keluarganya). Raja yang tadinya bertugas menjadi pelindung rakyat, sekarang menjadi penindas rakyat. Melihat keadaan ini, beberapa orang pemikir mulai mencari bentuk pemerintahan baru untuk mengganti bentuk kerajaan berbasis dinasti.

Ada ide baru: agar pemerintah berpihak kepada kepentingan rakyat, maka pemimpinnya harus dipilih oleh rakyat. Maka muncullah istilah-istilah baru: kedaulatan rakyat, republik (pemerintahan rakyat), dan demokrasi.

Revolusi Rakyat

Ide ini membangkitkan gerakan  perlawanan rakyat terhadap penguasa. Dalam beberapa abad kemudian muncul revolusi di berbagai belahan dunia. Berbagai kerajaan mulai bertumbangan, diganti dengan model pemerintahan yang baru yang berasal dari kelompok-kelompok elit masyarakat non-darah-biru yang umumnya adalah pedagang-pedagang kaya (cikal bakal ideologi liberal-kapitalis). Di tempat lain, revolusi dicetuskan oleh kelompok elit terdidik yang berasal dari rakyat jelata (cikal bakal ideologi komunis-sosialis).

Era Coba-Coba Berbagai Bentuk Pemerintahan

Dalam satu-dua abad kemudian muncul berbagai macam bentuk pemerintahan yang berbasis pada berbagai macam ideologi. Ada pemerintahan diktator berbasis sosialis/komunis (diawali revolusi kaum miskin/proletar). Ada republik berbasis demokrasi-sosialis. Ada diktator militeristik (diawali kudeta militer). Ada republik-demokrasi berbasis liberal-kapitalis (diawali revolusi rakyat yang dimotori kelompok pedagang kaya).

Selama satu abad, bebagai sistem-sistem pemerintahan dan ideologi itu saling bersaing dan berusaha untuk eksis. Diantaranya ada yang bisa bertahan sampai sekarang (seperti republik, demokrasi, sosialis), sedangkan lainnya berantakan dan runtuh (seperti: diktator, komunis).

Abad 21: Era Demokrasi

Kenyataan yang kita lihat sekarang adalah: sebagian besar negara menggunakan sistem pemerintahan republik-demokrasi (sebagian kecil masih menggunakan simbol kerajaan tetapi pemerintahannya sudah berbasis demokrasi). Sistem ini memiliki ciri-ciri:


  • Kepala pemerintahan (presiden / perdana menteri) dipilih langsung oleh rakyat untuk menjalankan roda pemerintahan selama beberapa periode.
  • Rakyat juga memilih parlemen (senat / DPR) sebagai pembuat undang-undang
  • Kekuatan politik yang diakui tidak berbasis suku atau kelompok tetapi berbasis partai politik
Inilah bentuk wajah negara yang kita lihat sekarang. Sebagaimana uraian diatas, bentuk ini merupakan hasil evolusi dari bentuk sederhana: keluarga, suku, hingga kerajaan, dan sekarang demokrasi.

Jadi... masih mau membubarkan negara?

Bentuk negara dan pemerintahan yang kita lihat sekarang adalah hasil evolusi proses kehidupan manusia bermasyarakat selama ribuan tahun. Membubarkan negara berarti membuat kekacauan yang dahsyat. Ratusan juta manusia yang hidup dengan berbagai kepentingan dan keinginan harus diatur sedemikian rupa agar tidak kacau balau.

Kalaupun sekarang mungkin tampak agak kacau, maka sistem pengaturannya yang harus diperbaiki, bukan dihilangkan sama sekali.

Diatur saja masih kacau apalagi kalau tidak diatur.

1 komentar:

  1. yg disesalkan pda system demokrasi skrang adalah bahwa para pemimpin yang terpilih kebanyakan bukan para pengabdi negara tapi para pengundi nasib, maka sebagian rakyat yg mau berfikir memposisikan diri sebagai alat judi & tidak mau mendukung system ini atau istilanya yg lebih dikenal dengan GOLPUT.

    BalasHapus