Kader Dakwah (harusnya) Melek Politik

Melek politik sangatlah penting bagi umat Islam, apalagi bagi kader dakwah. Sikap abai terhadap politik berarti mereduksi hakikat dakwah.

Katanya dakwah, kok berpolitik?

Masyarakat umum masih berpandangan bahwa agama tidak ada hubungannya dengan politik. Agama adalah hal yang suci, sedangkan politik adalah kotor.

Pandangan umum mengatakan bahwa politik identik dengan intrik, rebutan kekuasaan, saling sikut, saling fitnah, korupsi, kolusi, orientasi dunia, kemewahan, harta-tahta-wanita, biang perpecahan. Sedangkan agama diidentikkan dengan ibadah, keikhlasan, orientasi surga, zuhud, sederhana, persaudaraan, ketenangan, kedamaian.

Karena dakwah adalah istilah Islam, maka kebanyakan orang berpendapat bahwa Islam dan dakwah tidak punya hubungan dengan politik, bahkan keduanya dianggap saling bertentangan. Itu sebabnya banyak komentar seperti:

"Kalau mau berpolitik tidak usah bawa-bawa agama"
"Jangan kotori agama dengan dengan politik"
"Partai ya partai saja, tidak usah pake embel-embel dakwah"

Tapi betulkah agama tidak ada hubungannya dengan politik? Untuk menjawabnya kita perlu tahu dulu apa itu politik.

Politik Apaan Sih?


Bagi orang awam seperti kita (bukan dosen ilmu politik atau mahasiswa ilmu politik atau politikus atau pengamat politik), rasanya tidak perlu sampai mengetahui definisi dari politik. Pada intinya, politik berhubungan erat dengan negara, kekuasaan dan pemerintahan.

Bicara politik berarti bicara tentang negara dan pemerintahan. Bicara negara berarti bicara tentang pemimpin, hukum dan peradilan, undang-undang dan peraturan, kewajiban pemerintah dan  hak rakyat. Bicara politik berarti bicara tentang tentara, perang dan damai. Selanjutnya bicara pemimpin berarti bicara tentang suksesi, keterwakilan. Bicara hak rakyat berarti bicara tentang keamanan, kemakmuran, keadilan, keberpihakan, kesejahteraan.

Jadi di topik-topik seputar itulah politik berbicara.

Lalu apa hubungannya dengan dakwah?

Jika kita memperhatikan bagaimana jalan yang ditempuh para nabi dan rasul, maka kita dapat melihat bahwa pada akhirnya dakwah akan bersentuhan dengan kekuasaan.

Karena Islam mengandung ideologi sendiri, punya aturan sendiri, memiliki hukum sendiri, ada kriteria pemimpin sendiri, maka secara sunatullah, pada suatu saat, dakwah akan mengusik ideologi yang sudah berakar, aturan yang telah mapan, dan kepentingan pemimpin yang sedang berkuasa.

Dakwah nabi Nuh, Shalih, Hud, Yunus, Luth, Isa, Muhammad mengusik kebiasaan dan aturan masyarakatnya. Nabi Ibrahim berhadapan dengan raja Namruz. Nabi Musa vs Fir'aun. Nabi Yusuf akhirnya menjadi menteri perekonomian. Nabi Daud dan Sulaiman adalah pemimpin negara. Pada kenyataanya mereka adalah para politikus.

Rasulullah SAW dan pengikutnya berperang, berdamai, bernegosiasi, bersekutu. Itu semua adalah urusan politik. Hijrah pertama ke Habasyah adalah dalam rangka mencari suaka politik. Hijrah kedua ke medinah adalah mengambil alih kekuasaan dan mendirikan negara. Piagam madinah adalah kesepakatan politik diantara umat Islam dengan kelompok-kelompok masyarakat yang punya kekuatan politik di Medinah.

Jadi dakwah pasti akan bersentuhan dengan politik dan politik adalah keniscayaan dalam dakwah.

Tapi tidak ada kata "politik" dalam Al Quran?

Betul!, tidak ada kata “politik” (siyasi) dalam Al Quran tapi mari kita lihat apa yang dibicarakan dalam Al Quran. Al Quran bicara tentang pemimpin (khalifah, ulil amri), perang, perdamaian, keadilan, distribusi kekayaan (zakat), hukum, sistem ekonomi (perdagangan, riba, jual beli). Semua itu masuk dalam ranah pembicaraan politik.

Politik Bagian Dari Dakwah

Jadi umat Islam terutama pejuang dakwah tidak boleh lagi bersikap lugu, masa bodoh, apalagi apatis terhadap politik. Mereka harus menyadari bahwa politik adalah bagian dari Islam karena para nabi dan rasul juga berpolitik. Karena itu para pejuang dakwah harus menyadari bahwa politik adalah bagian dari dakwah.

Setiap ungkapan yang mengarahkan supaya dakwah menjauh dari politik adalah upaya pembodohan kepada umat.

Harus Melek Politik

Walaupun politik adalah bagian dari dakwah, tapi tidak semua kader dakwah harus menjadi politikus. Yang penting adalah melek politik. Maksudnya adalah mengetahui bahwa politik punya pengaruh dalam kehidupannya sebagai warganegara dan umat Islam, serta aktifitasnya sebagai juru dakwah.

Sebagai warganegara, kita punya kepentingan dalam hal perlindungan, keamanan, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan.

Sebagai muslim kita punya kepentingan dalam hal ketenangan dalam beribadah, perlindungan dari penyakit sosial (judi, minuman keras, prostitusi, dll).

Sebagai juru dakwah, kita punya kepentingan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam di tataran sosial (masyarakat) dan menegakkannya pada tataran negara (hukum dan perundang-undangan).

Disadari atau tidak, ada pengaruh politik dalam kehidupan kita. Adapun kadar pengaruhnya sedikit atau banyak tergantung pada peran dan posisi kita dalam masyarakat.

Jadi jika kita tidak peduli pada politik, berarti kita menyerahkan hidup kita diatur sepenuhnya oleh para politikus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar